Senin, 16 Januari 2012

Kesalahan Kata, Diksi, Kalimat dan Paragraf dalam Penulisan Karya Ilmiah


Tugas Final: Bahasa Indonesia

KESALAHAN-KESALAHAN PENULISAN KATA, DIKSI, KALIMAT, DAN PARAGRAF


Dosen Pembimbing:
Fahmi Gunawan, S.S.M.Hum



Oleh :
NIRMALA
NIM : 11010103009


JURUSAN TARBIYAH/KI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SULTAN QAIMUDDIN KENDARI
2012


DAFTAR ISI




BAB I   PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A.   Ihwal Diksi
B.Ihwal Kalimat
C.Ihwal Paragraf
BAB III PENUTUP
A.   Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA


















BAB I
PENDAHULUAN


A.           LATAR BELAKANG

 Pada umumnya, bahasa dalam masyarakat banyak di pahami sebagai sistem lambang.
Sebagai sistem lambanng atau sebagai sistem simbol, entitas bahasa yang memiliki ciri kebermaknaan atau keberartian. Bilamana tidak bermakna atau tidak berarti, maka sesungguhnya bahasa itu tidak perlu digunakan warga masyarakat.
   
Maka dapat dilihat akhir-akhir ini, bahwa bahasa yang tidak memiliki kemanfaatan dan kebermaknaan yang baik bagi warga masyarakat segera ditinggalkan warga masyarakat penggunanya sendiri.     Budaya dan masyarakat adalah dua hal yang juga tidak dapat saling terpisahkan. Di mana ada masyarakat di situ ada budaya, demikian sebaliknya. Kendatipun pernyataan di atas bisa saja tidak disetujui banyak kalangan, setidaknya penulis mengimani hal itu. Maka sangat diharapkan pemahaman ihwal interrelasi bahasa, budaya, dan masyarakat seperti yang disebutkan di depan itu dapat dipahami pula oleh pembaca budiman.

B.          RUMUSAN MASALAH
1.     Ihwal Diksi
2.     Ihwal Kalimat
·     Kelas Kata
·     Frasa
·     Klausa
·     Kalimat
3.     Ihwal Paragraf

BAB II
PEMBAHASAN


Nama buku                  :   AL-MUNDZIR
Judul Pembahasan       :  PENGGUNAAN MEDIA MASSA SEBAGAI SARANA  DAKWAH DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN TERHADAP ISLAM
Nama Pengarang         :  AKHMAD SUKARDI


A.   IHWAL  DIKSI

Diksi disebut sebagai tata cara pemilihan kata. Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa atau kelompok kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengarnya.
Adapun peranti-peranti diksi adalah sebagai berikut:
1.      Peranti Kata Berdenotasi dan Berkonotasi
Denotasi adalah kata yang tidak mengandung makna tambahan atau perasaan tambahan makna tertentu. Makna denotatif disebut juga makna sebenarnya. Contoh: Kursi: peranti untuk duduk.
Konotasi adalah makna yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu. Selain itu, makna konotatif adalah makna kias, bukan makna sesungguhnya. Contoh: memanjatkan, memenuhi persyaratan.

2.      Peranti Kata Bersinonim dan Berantonim
Bersinonim adalah dua kata atau lebih yang berbeda bentuknya, ejaannya, pengucapannya atau lafalnya, tetapi memiliki makna sama atau hampir sama. Contoh: hamil, mengandung, bunting.
Berantonim adalah bentuknya memiliki makna yang tidak sama atau bertentangan dengan makna lainnya. Contoh: panas dan dingin, kaya dan miskin.


3.      Peranti Kata Bernilai Rasa
Pertimbangan untuk memilih bentuk kebahasaan tertentu dianggap atau dirasa. Contoh: wanita dan perempuan. Alasannya, perempuan tidak memiliki nilai rasa.

4.      Peranti Kata Konkret dan Abstrak
Kata-kata yang sifatnya konkret itu melambangkan atau menyimbolkan sesuatu yang menunjuk pada kata-kata yang dapat diindera. Contoh: meja dan kursi, sedangkan abstrak merupakan kata-kata yang tidak dapat diindera atau menunjuk pada konsep dan gagasan. Contoh: pembodohan dan kemiskinan.

5.      Peranti Keumuman dan Kekhususan Kata
Kata-kata umum ialah kata-kata yang lebih luas ruang lingkupnya. Contoh: banyak korban.    Kata-kata khusus ialah kata-kata yang sempit ruang lingkupnya, terbatas konteks pemakaiannya. Contoh: 200 pria dan 100 perempuan serta 50 remaja.

6.      Peranti Kelugasan Kata
Kata-kata yang lugas adalah kata-kata yang sekaligus ringkas, tidak merupakan frasa panjang, tidak mendayu-dayu dan sama sekali tidak berbelit-belit. Contoh: yang keasing-asingan = asing.

7.      Peranti Penyempitan dan Perluasan Makna Kata
Penyempitan makna apabila di dalam kurun waktu tertentu maknanya bergeser dari semula yang luas ke makna yang sempit. Contoh: Pendeta (orang yang berilmu→guru agama Kristen atau Pengkhotbah Kristen). Perluasan makna terjadi semula sempit ke makna yang lebih luas. Contoh: Bapak (panggilan seorang anak kepada ayahnya→panggilan seorang pemimpin di kantor atau seorang laki-laki dewasa).

8.      Peranti Keaktifan dan Kepasifan Kata
Kata-kata aktif ialah kata-kata yang banyak digunakan oleh tokoh masyarakat. Contoh:  selubung.

9.  Peranti Ameliorasi dan Peyorasi
Ameliorasi ialah perubahan makna dari yang lama ke yang baru. Contoh: sangkil dan mangkus menjadi efektif dan efisien.  Peyorasi ialah perubahan makna dari yang baru kembali  ke yang lama.
10.  Peranti Kesenyawaan Kata
Bentuk idiomatis atau bentuk bersenyawa ialah antara kata yang satu dengan kata yang lain itu berhubungan erat, lekat, dan tidak dapat dipisahkan oleh alasan apapun juga. Contoh: sesuai dengan, disebabkan oleh.

11. Peranti Kebakuan dan Ketidakbakuan Kata
Pembakuan bahasa menjadikan bahasa Indonesia semakin bermartabat. Akan tetapi, syarat untuk dicapainya cita-cita itu adalah bahwa bahasa baku bahasa Indonesia ini harus benar-benar mantap dan stabil.

v   Kesalahan-Kesalahan Penulisan Diksi                  termasuk Kata

Hal
Salah
Benar
Penjelasan
2
-          hakekat
-          ketimbang
-          hakikat
-          daripada
Ø  Penulisan diksi disebelah kiri merupakan penulisan yang salah, baik itu dari segi bentuk kata yang berubah penulisan hurufnya maupun dari segi bentuk makna yang tidak sesuai penggunaanya.




·     Penulisan diksi disebelah kanan merupakan penulisan yang benar karena sesuai dengan penulisan dalam Kamus Bahasa Indonesia serta penggunaannya
3
-          AllahSwt
-          Alquran
-          Nabi Muhammad saw
-          hadits
-          aqidah
-          penyampaan
-          Allah SWT
-          Al-Qur’an
-          Nabi Muhammad SWT
-          hadis
-          akidah
-          penyampaian
4
-          bertanggungjawab
-          adalah tentulah
-          Mha ESa
-          obyektif
-          bertanggung jawab
-          adalah/tentulah
-          Maha Esa
-          objektif
5
-          dan dengan
-          tidak beda
-          dan
-          tidak berbeda
6
-          indstri
-          berbarengan
-          orisinal
-          X masehi
-          meda
-          prodak
-          dewasa ini

-          industri
-          bersamaan
-          original
-          10 Masehi
-          media
-          produk
-          saat ini
7
-          muballigh
-          persuasif dapat
-          unuk
-          unuk lebih
-          mubaligh
-          persuasif  untuk dapat
-          untuk
-          agar lebih
8
-          stasiun stasiun TV
-          Namun demikian
-          sudah barang tentu
-          cetak mencetak
-          Mas
-          ampu
-          realitas
-          ummat
-          adalah merupakan
-          stasiun-stasiun TV
-          Namun
-          sudah tentu
-          cetak-mencetak
-          Massa
-          mampu
-          realita
-          umat
-          adalah/merupakan
10
-          analisa
-          analisis
11
-          bias
-          social
-          mass media
-          bisa
-          sosial
-          media massa
12
-          Jikalau
-          khsusnya
-          Arinya
-          Jika/kalau
-          Khususnya
-          Artinya
13
-          golngan
-          mensukseskan
-          halus-lembut
-          kian
-          esok hari
-          golongan
-          menyukseskan
-          halus dan lembut
-          semakin
-          nanti














B.    IHWAL  KALIMAT

1.     Kelas Kata
a.     Verba (kata kerja)
b.     Adjektiva (kata sifat)
c.      Nomina (kata benda)
d.     Pronomina (kata ganti)
e.      Numeralia (kata bilangan)
f.       Adverbia (kata keterangan)
g.     Introgativa (kata untuk menanyakan sesuatu)
h.     Demonstrativa (kata untuk menunjukkan sesuatu yang berada di dalam atau di luar teks)
i.       Artikulasi (untuk membatasi makna nomina)
j.       Preposisi (kata depan)
k.     Konjungsi (kata penghubung)
l.       Interjeksi (kata seru)
m.  Kategori Fatis (kata untuk memulai, mempertahankan, dan mengukuhkan komunikasi)

2.     Frasa
Frasa atau kelompok kata adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata dan bersifat nonpredikatif atau tidak mengandung predikat dan belum membentuk klausa atau kalimat.
a.     Frasa Nominal. Contoh: kursi rotan
b.     Frasa Pronominal. Contoh: mereka berdua
c.      Frasa Verbal. Contoh: meninggal dengan tenang
d.     Frasa Adjektival. Contoh: panas terik
e.      Frasa Numeral. Contoh: dua ekor
f.       Frasa Introgativa. Contoh: siapa dan apa
g.     Frasa Demonstrativa. Contoh: sana dan sini
h.     Frasa Preposisional. Contoh: dari dan ke

3.     Klausa
Klausa adalah satuan kebahasaan yang merupakan gabungan kelompok kata yang setidaknya terdiri atas subjek dan predikat. Dengan demikian, klausa pasti bersifat predikatif dan berpotensi untuk dijadikan kalimat.
a.     Klausa pada Kalimat Majemuk Setara
Contoh: Saya dan seorang teman akan segera berangkat ke Jakarta.
b.     Klausa pada Kalimat Majemuk Bertingkat
Contoh: Dia tidak masuk kuliah hari ini sebab sakit.

4.     Kalimat
Kalimat dapat dipahami sebagai satuan bahasa terkecil yang dapat digunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan. Pakar berbeda menyatakan bahwa “kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif  berdiri sendiri, mempunyai intonasi akhir, dan secara aktual dan potensi terdiri atas klausa. Sebuah satuan kebahasaan akan dapat disebut sebagai kalimat apabila satuan kebahasaan itu memiliki fungsi subjek dan fungsi predikat.
a.     Unsur-unsur Kalimat
·        Subjek
·        Predikat
·        Objek
·        Pelengkap
·        Keterangan

b.    Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang berisi gagasan atau ide yang dapat dipahami sama antara penulis dan pembacanya.
·        Prinsip-prinsip  efektivitas kalimat atau kesepadanan struktur ialah:
1.     Adanya kejelasan subjek
2.     Tidak adanya subjek ganda
3.     Tidak adanya kesalahan dalam pemanfaatan konjungsi intrakalimat dan konjungsi antarkalimat
4.     Adanya kejelasan predikat kalimat. Kejelasan subjek dapat dijamin dari tidak ditempatkannya preposisi atau kata depan di depan subjek kalimat.








v   Kesalahan-Kesalahan Penulisan Kalimat

Hal
Kalimat Salah
Kalimat Benar
2
Begitu juga halnya stasiun-stasiun televisi dengan siaran-siarannya yang sangat nihil dengan siaran yang bernuansa islami.
Begitupun stasiun-stasiun televisi yang memiliki siaran yang sangat nihil dengan siaran yang bernuansa islami.
4
Hal ini kurang lebih sama dengan arti informasi yang obyektif, kontrol, kritik yang konstruktif dalam UU pers.
Hal ini berarti informasi yang bersifat objektif, kontrol, dan kritik yang konstruktif dalam Undang-Undang Pers.
5
Ketiga penemuan ini yang menjadi motor mempercepat tumbuhnya gerakan renaisans, gerakan kelahiran kembali peradaban Eropa yang lahir sejak sekitar abad 14 Masehi yang kelak menjadi titik awal zaman modern di Eropa, maka jauh sebelumnya di zaman kerajaan Abbasiah (abad VIII dan  X-an)
Ketiga penemuan ini menjadi penggerak untuk mempeercepat tumbuhnya gerakan renaisans dan gerakan kelahiran peradaban Eropa di abad 14 maka Masehi yang akan menjadi titik awal zaman modern di Eropa, maka jauh sebelumnya kerajaan Abbasiyah (abad 8 dan 10-an Masehi)
6
Berdasarkan fakta sejarah, mungkin dapat dilukiskan betapa gemilang dan berperannya meda massa Islam sebagai sarana meningkatkan pemahaman terhadap Islam dalam kehidupan manusia. Lewat media yangberupa buku-buku, majalah dan bahan lektural lainnya prodak masyarakat muslim.
Berdasarkan fakta sejarah, dapat dilihat gemilang dan perannya media massa Islam sebagai sarana meningkatkan pemahaman Islam dalam kehidupan manusia, lewat media yang berupa buku-buku, majalah dan bahan lektural lainnya produk masyarakat Muslim.
10
Tetapi secara operasional tentu sama.
Tetapi secara operasional tentu memiliki kesamaan.


C.    IHWAL  PARAGRAF

Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimat dalam paragraf itu harus disusun secara runtut antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya, dan harus memilki ide pokok dalam paragraf tersebut. Dari pengertian di atas, mengisyaratkan bahwa sebuah paragraf itu harus memiliki pertalian yang logis antar kalimat. Tidak ada satupun kalimat di dalam sebuah paragraf  yang tidak bertautan apalagi tidak bertauatan dengan ide pokoknya. Ide pokok dalam sebuah paragraf merupakan suatu keharusan. Sebuah paragraf mutlak harus memilki ide pokok. Tanpa ide pokok, sebuah kumpulan kalimat tidak dapat dianggap sebagai sebuah paragraf.

·           Ide utama dan kalimat utama paragraf
Kalimat yang mengandung ide pokok atau ide utama atau pikiran utama paragraf disebut dengan kalimat utama atau kalimat pokok.
1.     Kalimat utama di awal paragraf (deduktif)
2.     Kalimat utama di akhir paragraf (induktif)
3.     Kalimat utama di tengah paragraf (ineratif)
4.     Kalimat utama di awal dan di akhir paragraf (abduktif).

v  Kesalahan-Kesalahan Penulisan Paragraf

Hal
Paragraf  Salah
Penjelasan
9
       Selain media cetak, kini dihadapkan kita terdapat bermacam-macam media komunikasi, umat muslim juga perlu memiliki media komunikasi.elektronik yang efektif seperti TV, radio, VCD dan lain-lain untuk dipakai sebagai pusat informasi, guna menyampaikan pesan-pesan Alquran kepada umat manusia seluruh dunia sesuai dengan misi Islam sebagai hudan li al-nas secara cepat dan tepat. Pusat-pusat informasi yang efektif untuk mentransfer situasi sosial ekonomi dan politik kepada sesama umat muslim perlu disiapkan. Umat muslim hendaknya kaya dengan informasi mengenai keberhasilan pembangunan sosial, ekonomi, politik di satu pihak, begitu pula kegagalan pembangunan akhlak di pihak lain.
Dikatakan salah karena ketekaitan kalimat yang satu dengan yang lain kurang efektif. Itu ditandai dengan ketidak jelasan dalam menentukan ide pokok dalam paragraf tersebut. Selain itu, terdapat kesalahan penulisan tanda baca.

       Ketiga, pers Islam hendaknya sanggup melakukan proses sosialisasi sebagai upaya untuk memelihara dan mengembangkan khazanah intelektual Islam.
Dianggap salah karena hanya terdiri satu kalimat dan belum memenuhi syarat menjadi sebuah paragraf.


BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan

Ihwal berarti mengenai atau perihal. Sedangkan Diksi adalah gaya kata, yakni pemilihan kata untuk mengemukakan ide.
Perbincangan ihwal kalimat lazimnya tidak langsung dimulai dari kalimat itu sendiri. Alasannya, ilmu tata kalimat bermula dari tataran kata. Kata dalam bahasa Indonesia yang jumlahnya luar biasa banyak itu mustahil dapat dipelajari dengan mudah kalau tidak dikelas-kelaskan terlebih dahulu. Nah, hasil dari pengelaskataan atau pengelompokan kata-kata itulah yang kemudian lazim disebut dengan kelas kata.
Paragraf didefinisikan secara bermacam-macam, mulai dari yang sederhana hingga yang cukup rumit dan terperinci. Sebuah paragraf harus memiliki pertalian yang logis antar kalimat dan harus memiliki ide pokok.



















DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahanya
Departemen Agama R.I 2007.Al-qur,an Dan terjemahnya. Jakarta:
            Direktorat Jendral Bimbingan Masysrakat Islam.
            EJ.Brill
Gibb,      HAR,   1964.          Aliran-Aliran Modern Dalam Islam,
            Terjemahan Abusalamah.
            Jakarta: Bhratara

Gibb,      HAR, 1964. Islam Dalam Lintasan Sejarah,  Terjemahan
            Abusalamah.
            Jakarta,Bhratara
            Jakarta: Pustaka Al Kautsar
A.     Hanafi, 1964.  Pengantar Teologi Islam  (Terjemahan Ali Audah, ddk.Jakarta: Tintamas.